watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DARI NAFSU KUTEMUKAN CINTA


Sudah dua tahun dia bekerja di rumahku sebagai
house keeper. Segala urusan tetek bengek rumah
kuserahkan padanya. Aku hanya perlu
mentransfer gaji ke ATM-nya tiap bulan, dan
segalanya beres, mulai dari memasak, mencuci
sampai membayar semua rekening tagihan bulanan.

Sebagai eksekutif muda, aku memang terlalu
sibuk untuk lebih memperhatikannya. Sepanjang
segalanya beres, tak ada masalah buatku.
Namanya Anggun, asal Solo. Aku menemukan
dia dari agen pembantu rumah tangga.
Sebetulnya aku termasuk beruntung karena
Anggun bukanlah type pembantu rumah tangga
biasa. Dari apa yang kutahu, dia cerdas, bersih,
rajin tetapi sedikit misterius. Usianya duapuluh
delapan tahun, sama denganku. Hubunganku
dengannya hanya sebatas majikan dan pembantu
walaupun pada prakteknya, aku tidak pernah
memperlakukannya sebagai pembantu. Dia
bagiku adalah teman, meski komunikasi diantara
kami sangat minim. Kami tinggal berdua di
rumahku, di kawasan Dharma Husada Indah Surabaya.

Kisah yang bermakna bagiku ini dimulai ketika aku
terserang Typus. Harus dirawat inap selama dua
minggu di Rumah Sakit. Sepanjang minggu itu,
dia terus menjenguk dan menjagaku karena
perawat hanya sesekali memeriksa keadaanku.
Aku bisa merasakan betapa perhatiannya dia.
Adalah wajar, selaku posisiku sebagai majikan,
begitulah aku menilai. Rawat inap itu dilanjutkan
dengan istirahat di rumah selama seminggu total.

Hingga pada suatu pagi..
“Mas.. saatnya mandi.”
“Mandi? Bukankah aku belum boleh mandi?”
tanyaku heran.
“Iya.. tapi mandi yang ini khusus, tubuh Mas dilap
dengan handuk yang dibasuh air hangat”,
katanya menerangkan.
“Ooo.. baiklah”, sambungku lagi.
“Permisi Mas..”
Dia segera membuka bajuku satu persatu dengan
hati-hati. Kerjanya yang cekatan bahkan melebihi
perawat kemarin. Sedikit demi sedikit tubuhku
mulai bersih. Hingga akhirnya sampai juga di
daerah selangkangan. Dia memandangku
sejenak.
“Silakan saja”, kataku memutus kebimbangannya.
“Kok masih tidur Mas..”
“Apanya?”
“Itu..” katanya sambil menunjuk batang
kemaluanku. Aku agak kaget juga.
“Dia juga ikut-ikutan sakit”, balasku karena tidak
tahu apa lagi yang mesti kukatakan.

Dia segera membersihkan daerah keramatku
dengan lembut. Aku memperhatikan kerjanya
saat itu. Dia sesekali memandangku tanpa rasa
sungkan. Pada saatnya tanpa terasa, batang
www.ceritaindo.sextgem.com kemaluanku mulai naik karena sentuhan-sentuhan
menawan tepat di area senjata pamungkasku itu.

“Jangan nakal dong Mas..”, katanya sambil
tersenyum penuh arti kepadaku.
Aku hanya bisa terdiam. Terus terang aku malu
juga.
“Saya tidurkan lagi ya Mas..”
“Apanya yang ditidurkan?”
“Punya Mas.. kalau bangun gitu.. saya nggak bisa
konsentrasi.”
“Hah? Car.. ann. nya”, kalimatku terpotong karena
tiba-tiba dia melempar handuk ke lantai dan
mencengkeram batang kemaluanku. Diusap-
usapnya lembut. Wajahnya langsung didekatkan
ke arah selangkanganku. Tanpa bicara langsung
dikulumnya batang itu dengan mantap. “Ohh..
ahhsshh..” Dengan rakus diemutnya kemaluanku,
dijilati, dikulum dan dikocok-kocok pakai tangan
bergantian. Aku hanya bisa merasakan
kenikmatan ini dengan nafas yang mulai sesak
karena nafsu. Dia melakukannya dengan sangat
indah. Aku tenggelam dalam kenikmatan kilat
yang tiada tara, hingga akhirnya..
“Aku mauu.. ke.luarhh.. ashh.”
“Ya udah keluarin aja Mas..”
“Di mulut kamu?”
“He eh..” katanya singkat. Dia mempercepat
gerakan kepalanya. Aku merasa enak sekali
apalagi di saat spermaku akan memancar keluar.

Kupegang kepalanya erat, dan.., “Ahh..” aku
berseru hebat tatkala maniku menyembur di
dalam mulutnya. Sebagian berceceran di bibirnya
karena pancaran mani itu banyak. Batang
kemaluanku pun dijilatinya sampai bersih. Dia
tersenyum, melihatku babak belur dalam
permainan ini. Anggun mengerjaiku dengan cara
yang professional. Sungguh dia tidak terkesan
murahan.
“Nah, sekarang saya sudah bisa tenang kerjanya,
punya Mas udah terlelap lagi..” bisiknya mesra.

Batang kemaluanku memang sudah mengendur
karena mengalami ejakulasi. Dia teruskan
kerjanya di bagian kaki. Aku hanya bisa terpaku
seperti orang bodoh.
“Kamu mengerti betul akan laki-laki.. kamu udah
pengalaman ya?” tanyaku setengah begurau
ketika kerjanya sudah rampung.
“Pengalaman apa Mas?” tanyanya penasaran.
“Cara kamu tadi sungguh bikin aku hampir mati
keenakan.”
“Ah.. saya cuma nonton CD yang saya sewa di
pasar.”
“Masa sih? Kamu suka nonton gituan ya?”
selidikku.

“Nggak.. lagi bosan aja, habis Mas nggak pernah
peduli ama saya.. Saya kan kesepian Mas..”
“Upss..” aku disudutkan langsung, telak sekali.
“Emangnya kamu suka diperhatikan ya?” tanyaku
dengan perasaan tidak nyaman.
“Ya.. boleh dibilang begitu, emang salah?”
“Nggak juga sih, kalau begitu aku salah.. lain kali
aku pasti lebih memperhatikan kamu”, kataku
meyakinkannya, dengan rasa penasaran yang
belum hilang.

“Anggun.. kamu udah pernah bercinta belum?”
tanyaku tanpa basa-basi lagi.
“Menurut Mas gimana?”
“Mana aku tahu?”
“Bentar Mas..”
Dia segera duduk di dekatku. Roknya disingkap
sampai atas hingga yang tampak hanya celana
dalamnya yang berwarna hitam.
“Nih, silakan Mas periksa deh, biar yakin gitu”,
timpalnya seraya menantang. CD itu langsung
dilepaskan sampai terbuka, dengan gaya
menantang disibakkannya rambut halus yang
mengitari liang kewanitaannya. Terlihatlah lubang
kemaluannya yang berwarna merah muda dan
segar. Darahku langsung terkesiap.
“Ayo Mas.. diperiksa, kok cuman bengong aja
sih?”
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Jika aku memeriksa,
gimana caranya. Itu kan tidak bisa dilihat dengan
mata telanjang. Walau demikian, naluri laki-lakiku
langsung menyeruak tatkala Anggun mengelus-
elus barangnya sendiri. Batang kemaluanku
langsung bangkit lagi, kali ini getarannya lebih
keras, hingga batang kemaluanku berdenyut
hebat.

“Lho, ditanya kok malah punya Mas yang
menyahut.. nakal ah.”
Dia segera memakaikan lagi celana dalamnya.
Kutangkap tangannya, agar CD itu tidak menutupi
liang kewanitaannya.
“Anggun.. aku sudah nggak tahan.. sini dong..”
“Eitss.. ntar dulu Mas, ada syaratnya”, katanya lagi
yang membuat kepalaku terasa mau meledak
menahan nafsu yang manjadi-jadi.
“Apa.. ayo cepat sebutkan syaratnya”, pintaku
terbata-bata. Sungguh aku tak tahan lagi.

“Syaratnya nggak banyak.. Mas hanya harus
mencintai aku dulu, baru punyaku yang ini
terserah mau Mas apain”, katanya mantap seraya
menunjuk liang kewanitaannya. Bagaikan
tersambar petir aku mendengar permintaannya
itu. Selama hidup aku memang tidak pernah
merasa mencintai seorang wanita. Tanpa
bermaksud menyombongkan diri, wanita
secantik apapun pasti selalu takluk padaku,
disebabkan banyak hal. Yang pertama karena aku
memang punya tanda fisik yang bagus, menurun
dari mamaku yang berdarah Spanyol-Israel dan
papaku yang berdarah Batak. Yang kedua, karena
sejak kecil, kehidupan ekonomiku memang
sangat mapan. Jadi rasanya tidak terlalu
berlebihan kalau aku mengatakan demikian.

“Aku nggak akan berbohong padamu, aku tidak
mencintai kamu.. setidaknya saat ini.. kenapa
harus memakai cinta segala?” tanyaku.
“Kalau begitu, lupakan saja punya saya Mas.. itu
bukan untuk Mas..permisi”, katanya segera
mengenakan CD-nya dan berlalu. Aku langsung
menangkap tangannya, kulihat kesedihan di
wajahnya.
“Anggun.. aku.. udah nggak tahann.. ayolahh..”
“Maaf Mas, kalau Mas memaksa, mulai sekarang
saya berhenti kerja di sini..”
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Dia meninggalkan
aku dalam kondisi mengenaskan. Betapa tidak,
gairahku dibuatnya terkatung-katung.
Sejak peristiwa itu perasaan bersalahku selalu
muncul. Aku tidak melihatnya bekerja
sebagaimana biasa. Kucari ke mana-mana,
ternyata dia sedang berbaring di kamarnya, pakai
selimut.

“Kenapa kamu?” tanyaku.
“Aku sakit Mas.. nggak enak badan”, mimiknya
lelah dan pucat.
Kuraba keningnya, memang agak hangat. Entah
kenapa, aku jadi begitu kasihan padanya. Aku
merasa kalau ada bagian dari diriku yang sakit
juga. Ahh.. inikah namanya cinta? Segera
kutelepon dokter pribadiku. Anggun diperiksa dan
diberi beberapa obat. Sejak Anggun sakit, aku
pulang dari kantor lebih cepat. Aku hanya
menangani bisnis utama. Pekerjaan lain yang
agak ringan kuserahkan pada sekretarisku.
“Mas, Saya mau mandi, udah tiga hari berbaring
terus.. kan bau Mas..”
“Lho.. kan kamu belum sembuh benar, dokter
www.ceritaindo.sextgem.com bilang seminggu ini kamu harus istirahat.”
“Mandi lap aja Mas, tolong yah Mas”, pintanya
kemudian.
Aku bergegas mengambil handuk kecil,
membasuhnya dengan air hangat. Perlahan-lahan
kubuka bajunya satu persatu. Sekarang dia sudah
telanjang bulat. Dalam keadaan sakit pun, dia
bahkan kelihatan tetap cantik dan seksi. Luar
biasa, pikirku. Kurasakan batang kemaluanku
perlahan naik ketika usapan handukku merambah
bagian dadanya.

“Ohh.. lamain dikit di situ Mas.. aah..”
“Kenapa?”
“Enak sih”, katanya menggoda.
Aku hanya tersenyum. Kulap dengan perlahan.
Puting susunya sejak tadi sangat menggodaku.
Karena tak kuat menahan birahi..segera kupagut,
kujilati. “Oughh.. Mashh.. kerjaa.. nyahh.. kan
belum.. selesai.. Masshh..”
Aku tidak peduli. Aku tahu dia pun menikmatinya.
Kuremas-remas payudaranya dan tanganku
kemudian beranjak menuju ke selangkangannya.
Pahanya langsung dirapatkan. Tanganku
terhimpit tepat di liang kewanitaannya.
“Kenapa?”
“Janganh.. nakal Masshh..”
“Aku memang nakal.. terus kenapa?” kataku dan
langsung memeluknya. Kulumat bibirnya sampai
dia megap-megap, tapi tertawa senang. Kulepas
bajuku sendiri, sesekali dibantunya. Kini kami
sudah sama-sama telanjang bulat. Kutindih dia
dan kujilati bibirnya. Lidahku kumasukkan ke
mulutnya sementara tanganku terus mengelus
permukaan lubang kemaluannya. “Ssshh.. Mass..
terushh Mas.. ashh..” Ciumanku turun ke dada.
Satu persatu jilatanku mendarat di permukaan
bukit kembarnya yang merangsang. Putingnya
kusedot-sedot sampai berbunyi keras. Dia
menggelinjang penuh nafsu. Nafasnya tersengal-
sengal. Kuciumi perutnya dan tanganku
mengusap-usap pahanya. Anggun semakin
terlena. Dia terkulai pasrah. Aku merasa semakin
perkasa. Sesampainya di bawah, kubuka pahanya
dan kutekuk. Liang senggamanya langsung
kuserbu. Liang itu tetap wangi meski dia tidak
mandi tiga hari.

“Masshh.. yang itu.. jangghh..” belum sempat dia
meneruskan kalimatnya, langsung kujilati dengan
ganas. Kumulai dari permukaannya. “Ahhsshh..
shh..” dia menggoyang pinggulnya sampai
mulutku timbul tenggelam di lembah surganya.

Kumasukkan lidahku agak ke dalam, dia semakin
bergetar dan mulai menjerit-jerit. Ouugghh..
Masshh!” dia berteriak lantang sembari
menjambak rambutku ketika kusedot klitorisnya
dan kukait-kait dengan nakal. Kali ini tanganku
bergerilya lagi di susu segarnya. Sepuluh menit
kemudian, cairan yang hangat dan bening keluar
dari liang kewanitaannya membasahi mulutku.
Dia mengerang seperti kesetanan tatkala cairan itu
mengalir. Mulutku sampai becek karena aku terus
menjilati lubang kemaluannya. Cairan itu makin
lama makin membanjiri selangkangannya. Aku
sampai tak tahu lagi yang mana air ludahku, yang
mana cairannya. Benar-benar basah.
“Masshh.. yang itu milik Masshh.. terserah
Masshh.. cepatt Mashh.. Anggun udah nggak
kuat.. Masshh.. tolonglah.. ashh..” dia memohon
sambil ngos-ngosan.

Aku jadi teringat peristiwa kemarin. Aku bangkit
dan pura-pura berlalu meninggalkannya
tergeletak.

“Mashh.. mau ke mana? Lebih.. baik bunuh
Anggun aja.. Mas.. Mash..” dia berteriak-teriak
memanggilku. Aku mendekatinya lagi.

“Dengan satu syarat”, kataku santai, walaupun
sebenarnya batang kemaluanku pun sudah tak
tahan lagi.

“Apah.. ayo.. Mashh.. jangan siksa Anggun
dong.. hhssh..” bicaranya makin tidak karuan
menahan getaran dahsyat yang kuhadiahkan.

Saat itu dia bicara manja sekali.
“Kamu hanya harus mencintai aku dulu”, kataku
lagi seperti yang diucapkannya dulu.

Tiba-tiba dia terkesiap. Dipandanginya aku
setengah tak percaya. Dia bangkit dan
menghambur ke pelukanku. Dibenamkannya
wajah mungilnya ke dadaku.
“Oh.. Mas Brando, dari dulu Anggun udah cinta
ama Mas.. Anggun bahagia sekali Mas.. Anggun
cinta ama Mas Brando”, dia menyemburkan
kalimat panjang itu setengah terharu.

“Aku juga mencintai kamu Anggun.. sungguh”,
balasku jujur.

Dipandanginya aku dan langsung duduk di
pangkuanku. Bibirku langsung dipagutnya
dengan gemas. Yang kurasakan saat itu adalah
perpaduan nafsu dan rasa sayang. Aku langsung
membayangkan seks indah yang romantis.

Sesekali kurasakan juga batang kemaluanku
bergesekan dengan perutnya yang mulus. Dia
menegakkan tubuhnya. Dadanya yang putih
berhadapan dengan wajahku. Langsung kujilati
dan kusedot-sedot dengan bergairah. Dia
menggeliat liar dan menggoyangkan pinggulnya
tak karuan. Gairahku makin meninggi.
“Anggun.. Mas masukin ya sayang..”
“Iyahh.. Mashh.. Anggunh juga udah.. nggak
sabaran pingin bercinta ama Masshh..” balasnya.

Dipegangnya batang kemaluanku dan
diarahkannya ke lubang yang sangat nikmat itu.

“Aoohh.. shh.. Ahh.. Anggun.. ohh..”
Digoyangnya terus pantatnya hingga terasa
batang kemaluanku bagai dipijat-pijat dan
diremas-remas. Nikmat sekali. Dia menggelinjang
dan berteriak, sesekali mengerang, kemudian
mendesis liar. Dia menari-nari di atas pangkuanku
sambil meremas-remas payudaranya sendiri.
Kadang-kadang dia juga mengelus dadaku yang
dipenuhi bulu-bulu.

“Mass.. berhenti dulu, Anggunhh mau ganti
posisi..” Segera dia merangkak membelakangiku.
Sambil melirik ke belakang, dia merangkak sambil
pantatnya bergoyang aduhai. Liang
kewanitaannya yang basah kuyup tampak
menggoda. Kususul dia dari belakang,
kutusukkan batang kemaluanku. Dia berseru
manja, membuat batang kemaluanku makin gatal
rasanya. Aku merasa sedap sekali. Saat itu aku
tahu Anggun sudah tidak perawan lagi. Namun
kuurungkan hingga permainan ini usai.

“Mass.. Anggunnhh mau.. nyampe..” dia terbata
ketika orgasme akan didapatnya lagi. Sodokanku
kupercepat namun tetap terkontrol.

“Aughh.. ohh.. nikkmat.. Mashh..”
Aku meremas payudaranya lembut ketika
orgasme diraihnya.
“Sekarang giliranku, Sayang”, bisikku lembut di
telinganya. Dia cuma tersenyum. Dibalikkannya
tubuhnya dan memegang batang kemaluanku.

Dia langsung mengulumnya penuh gairah.
Dijilatinya dan dikocoknya lembut perlahan secara
bergantian. “Ohh..” aku semakin merasa
orgasme akan segera datang. Kuraih tubuhnya.
“Enak.. mana Nggun? Kamu yang nentuin
sekarang.. shh..”
“Aku di atas Mas.. Mas telentang aja..”
Akupun telentang, dia duduk di atasku dan
mengarahkan batang kemaluanku ke liang
kewanitaannya. Digoyangnya sambil terkadang
menyambar bibirku tiba-tiba. Kami semakin
hanyut. Pantatnya kuremas-remas gemas.
Dadanya bergoyang-goyang seirama dengan
tarian sensualnya. “Anggun.. aku mau keluar..
tahann.. yahh.. say.. sayang..” aku berseru
sambil menyodok liang kewanitaannya sekuat
tenaga. Dia memekik. Akhirnya kami terkulai dan
terdampar berdampingan. Lumayan untuk
pasangan yang baru sembuh. Dipeluknya aku
dan diciuminya. Kami berpelukan dengan
mesranya. Lama kami terdiam dan tenggelam
dalam kebahagiaan. Kukecup bibir dan keningnya.

Dia hanya melenguh pelan.
“Aku bukan yang pertama”, desisku.
Anggun bangkit dan memandangku dengan
perasaan bersalah.

“Apa Mas kecewa karena Anggun nggak virgin
lagi?”
Kupandangi dia lalu tersenyum, kupeluk dengan
rasa sayang.
“Bukan itu sayang, aku mencintaimu apa adanya..
hanya saja mungkin sangat nikmat bila
menikmati tubuhmu ketika masih utuh”, balasku
meyakinkan sambil main mata padanya.

“Lagipula.. aku juga tidak terlalu suci untukmu..”
lanjutku lagi.

“Ah, Mas nakal sih”, dicubitnya hidungku. Dia
menarik nafas dalam-dalam.
“Anggun memang pertama kali disetubuhi
sepupu, dia cinta pertama.. dulu aku sangat
memujanya, ternyata dia brengsek..”
“Apa cintamu padanya dulu sebesar cintamu
padaku sekarang?” selidikku dengan nada
cemburu.

“Aku menyerahkan kehormatanku karena dulu
cintaku sangat besar Mas. Sekarang, Mas harus
berjuang untuk mendapatkan seluruh cinta
Anggun..”
Aku tertegun. Sungguh wanita itu luar biasa.
“Lalu apa yang harus aku lakukan, agar kamu
mencintaiku dengan segenap hati dan melebihi si
brengsek itu?”
Dia menatapku mesra. Ditindihnya aku.

“Yang pertama, Mas harus memberikan seluruh
cinta Mas padaku. Yang kedua, menikahlah
dengan Anggun supaya Mas lebih bertanggung
jawab dan perhatian sama Anggun.. dan yang
ketiga..” Dia langsung mencengkeram batang
kemaluanku erat, aku meringis tapi enak, “Ini milik
Anggun, ini hanya boleh dimasukkan ke dalam
punya Anggun, dan..”
“Dan apalagi?” tanyaku tak sabar.

Dibimbingnya tanganku ke liang kewanitaannya,
dan mengelusnya bersama-sama.
“Mulai sekarang, ini seutuhnya untuk Mas
Brando..”
“Ahh.. aku mencintaimu Anggun.”
“Anggun juga Mas..”
Dan kami pun saling memagut dengan ganasnya.

Beragam duel seru kami nikmati lagi hingga
menjelang pagi. Segala gaya yang dia tahu sudah
kami praktekkan, demikian juga posisi-posisi
yang aku tahu. Sampai kami kelelahan dan
tertidur pulas.

Akhirnya, aku hanya bisa mengatakan kepada
pembaca sekalian bahwa seks juga bisa
membuat kita mengenal pasangan lebih jauh. Ini
terdengar kebarat-baratan, tapi itulah
kenyataannya. Jangan kita meneruskan kebiasaan
munafik kita, supaya tingkat perceraian di
Indonesia bisa ditekan semaksimal mungkin.

Well, dalam waktu dekat kami akan menikah di Medan.


Adult | GO HOME | Exit
1/930
U-ON

inc Powered by Xtgem.com